Epistemologi Pendidikan

Posted by Counseling Students Association Minggu, 22 Agustus 2010 0 komentar

A. Latar Belakang
Berbicara masalah pendidikan, pada awalanya, islam mempunyai segala-galanya. Sejarah pernah mencatat bahwa peradaban Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dunia sekitar abad ke-7 sampai abad ke-15. pendidikan islam menjadi rujukan dari semua kalangan atas keberhasilannya dalam mencetak insan yang berpengetahuan, beretika dan mampu melakukan perubahan-perubahan besar dalam hidup ini. akan tetapi setelah abad ke-15 sampai saat ini, pendidikan islam telah mengalami kegagalan, kemerosotan dan tidak bisa mencetak manusia yang kreatif dan beretika. Salah satu contoh, banyak jebolan pesantren yang harus mendekam di penjara karena melakukan kejahatan. Itu artinya pendidikan islam tidak bisa atau kurang mampu memberikan solusi intelektual dan moral. Padahal salah satu tujuan pendidikan islam adalah memanuisiakan manusia dan mencetak manusia yang beretika.
Banyak factor yang menyebabkan pendidikan islam mengalami kemunduran yaitu: (1). Rendahnya sarana fisik, (2). Rendahnya kualitas guru, (3). Rendahnya kesejahteraan guru, (4). Rendahnya prestasi siswa, (5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, (6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, (7). Mahalnya biaya pendidikan dan lain sebagainya, agar pendidikan Islam ke depan dapat bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan, maka harus dilakukan reformasi pendidikan Islam.
Sebagai agen peradaban dan perubahan sosial, pendidikan islam berada dalam atmosfir modernisasi dan globalisasi dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif. Keberadaannya diharapkan mampu memberikan kontribusi dan perubahan positif yang berarti bagi perbaikan dan kemajuan peradaban umat islam, baik pada dataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan hanya sekedar proses transformasi nilai-nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi dan modernisasi. Tetapi yang paling urgen adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan lewat pendidikan Islam tersebut mampu berperan aktif sebagai generator yang memiliki pawer pembebas dari tekanan dan himpitan keterbelakangan sosial budaya, kebodohan, ekonomi dan kemiskinan di tengah mobilitas sosial yang begitu cepat.
Sebagai insan akademis yang akan berkiprah di dunia kependidikan, inilah saatnya melakukan terobosan-terobosan baru dalam mendesain pendidikan islam. Untuk mendesain pendidikan islam agar bisa menajwab tantangan zaman, maka harus di lakukan perombakan ulang, dengan catatan, hal-hal yang masih bisa dan relevan dilakukan pada saat ini di lanjutkan dan yang tidak dicarikan terobosan baru dengan mengkaji sisi ontologis, epistemologis dan aksiologisnya dari pendidikan islam. 

B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan pembahasan, makalah ini hanya akan membahas masalah-masalah berikut:
1. Bagaimana Pendidikan islam ditinjau dari ontologi?
2. Bagaimana pendidikan islam ditinjau dari Epistemologi?
3. Bagaimana Pendidikan islam ditinjau dari Aksiologi?

LANDASAN TEORI

Dalam makalah ini, yang menjadi landasan teori adalah pengertian dari tiga pokok bahasan yaitu:
1. Ontologi merupakan penjelasan dari pertanyaan “apa”. Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan itu?
2. Epistomologi adalah cabang filasafat yang membahas persoalan berikut:
a. Apa sumber pengatahuan itu? Dari mana datangnya pengtahuan yang benar itu dan bagaimana cara mengatahuinya?
b. Apa sifat dasar pengatahuan itu?
c. Bagaimana kita dapat membedakan pengatahuan yang benar dan salah?
3. Akseologis adalah ilmu pengatahuan yang menyelidiki hakikat nilai. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut dengan kebenaran, kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan didalam menerapkan ilmu ke dalam praksis.
4. Pendidikan islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlaknya semua ajaran islam.
A. Pendidikan Islam ditinjau dari Ontologi
 Ontologi adalah bidang filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat . Pendidikan di lihat dari sisi ontologi adalah hakikat keberadaan pendidikan yang harus di ungkap guna memperoleh pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang bertugas dalam desain pendidikan. Tanpa mengetahui hakikat dari pendidikan itu, maka tidak akan di peroleh pendidikan yang mampu menjawab segala tantangan kehidupan utamanya yang berkaitan dengan esensi keberadaan manusia. Karena pada faktanya, proses pendidikan tidak bisa di pisahkan dengan manusia. 
 Kehidupan manusia ditentukan oleh asal mula dan tujuannya . Kaitannya dengan pendidikan adalah pendidikan harus bisa mengorek dan mengungkap asal-mula dan tujuan dalam kehidupan manusia di muka bumi ini. pendidikan harus bisa memberikan pencerahan dan sekaligus gambaran tentang asal-mula dan tujuan manusia. Manusia yang masih belum bisa melihat asal-mula dan belum bisa merumuskan tujuannya, maka dengan pendidikan diharapkan mampu merumuskan dan sekaligus mengusahakan agar tujuan hidupnya tercapai.
 Pendidikan murni persoalan manusia yang objek dan subjeknya adalah manusia. Maka seharusnya dengan pendidikan manusia mampu mengembangkan potensinya. Potensi-potensi manusia sangat bermacm-macam, dari potensi kebaikan sampai dengan potensi yang akan menghancurkan dirinya. Yang menjadi pokok bahasan dalam filsafat pendidikan islam adalah potensi yang mana yang akan di kembangkan dalam pendidikan islam. Dan bagaimana pendidikan bisa menumbuh kembangkan potensi manusia.  
 Penyelenggaraan pendidikan Islam diperlukan pendirian mengenai pandangan manusia, masyarakat dan dunia. Pertanyaan-pertanyaan ontologis ini berkisar pada: apa saja potensi yang dimiliki manusia? Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith terdapat istilah fitrah, samakah potensi dengan fitrah tersebut? Potensi dan atau fitrah apa dan dimana yang perlu mendapat prioritas pengembangan dalam pendidikan Islam? Apakah potensi dan atau fitrah itu merupakan pembawaan (faktor dasar) yang tidak akan mengalami perubahan, ataukah ia dapat berkembang melalui lingkungan atau faktor ajar ?
 Lebih luas lagi apa hakekat budaya yang perlu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Ataukah hanya ajaran dan nilai Islam sebagaimana terwujud dalam realitas sejarah umat Islam yang perlu diwariskan kepada generasi berikutnya? Inilah aspek ontologis yang perlu mendapat penegasan.
 Dengan pendekatan ontologis, diharapkan manusia bisa menyadari dengan mengetahui hakikat dirinya. Dari mana asal-usulnya dan mau kemana. Dengan menjawab kegelisahan itulah. Kita akan menemui titik puncak yang akan tidak bisa lagi di cari asal mulanya yakni Allah. Karena tidak mempunyai asal-mula, maka di sebut dengan causa prima. Sehingga kalau kita bisa mengetahui hakikat tentang diri kita maka kecerdasan spiritual akan tumbuh dalam diri kita.
 Secara ontologis, manusia dalam kaitannya dengan pendidikan menurut Suparlan Suhartono dalam bukunya filsafat pendidikan ada pada tiga tingkatan esensi; esensi abstrak pendidikan, esensi potensial pendidikan dan esensi konkret pendidikan. 
 Esensi abstrak pendidikan adalah hakikat kependidikan yang bersifat universal yang berlaku pada siapapun, dimanapun dan kapanpun manusia itu. Nilai universal dari pendidikan itu sendiri adalah pemanusian manusia. Dengan adanya orientasi itulah, maka pendidikan islam diharapkan mampu menumbuh-kembangkan potensi manusia secara berkesinambungan. Pada tingkatan inilah pendidikan cenderung menumbuh- kembangkan kecerdasan spiritual. 
 Esensi potensial pendidikan adalah esensi kebpendidikan yang di peruntukkan bagi manusia agar bisa berada dalam kepribadiaannya sebagai manusia, bukan makhluk yang lainnya . Kekreatifan dalam hal ini sangat di dukung oleh pendidikan. Maka sebagai aplikasi dari proses kemanusiaan. Maka pendidikan agar bisa membawa manusia ada pada potensinya, biasanya di kembangkanlah kecerdasan intelegensinya.
 Esensi konkret pendidikan adalah tingkatan pendidikan manusia yang akan mampu membuat setiap insan pendidikan berkesadaran utuh terhadap hakikat dirinya dan mampu membuat terobosan baru guna melangsungkan kehidupannya.

B. Pendidikan islam ditinjau dari Epistemologi
Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari obyek yang ingin dipikirkan. Azyumardi Azra mengungkapkan bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Sedangkan objek dari epistemologi adalah Segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Setelah itu tujuan dari epistemology adalah bukanlah hal utama menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. Dalam hal ini proses untuk memperoleh pengetahuan.
Reformasi epistemologi Islam dalam dunia pendidikan sangat penting dilakukan demi menghasilkan pendidikan bermutu dan yang mencerdaskan, terlebih dalam krisis kekinian yang menyangkut pengetahuan dan pendidikan Islam saat ini. Krisis yang terjadi dalam dunia pengetahuan dan pendidikan Islam saat ini menyebabkan tradiri keilmuan menjadi beku dan mandek, sehingga pendidikan Islam sampai saat ini masih belum mampu menunjukkan perannya secara optimal.
Untuk mengatasi kelemahan dan problematika dalam pendidikan Islam tersebut harus dilakukan pembaruan-pembaruan (merekonstruksi pendidikan) secara komprehensif agar terwujud pendidikan Islam ideal yang mencerdaskan dan bermoral dengan cara merekonstruksi epistemologi pendidikan Islamnya. Epistemologi pendidikan Islam ini meliputi; pembahasan yang berkaitan dengan seluk-beluk pendidikan Islam, asal-usul, sumber, metode, sasaran pendidikan Islam. 
Pendekatan epistemologi membuka kesadaran dan pengertian siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan cara atau metode tertentu, sebab ia menyajikan proses pengetahuan di hadapan siswa dibandingkan hasilnya. Pendekatan epistemologi ini memberikan pemahaman dan keterampilan yang utuh dan tuntas. Seseorang yang mengetahui proses sesuatu kegiatan pasti mengetahui hasilnya. Sebaliknya, banyak yang mengetahui hasilnya tetapi tidak mengetahui prosesnya. Berbeda siswa yang hanya diberikan roti kemudian dia menikmatinya, dengan siswa yang diajak untuk membuat roti, kemudian menikmatinya. Tentunya pengetahuan siswa yang mengetahui proses pembuatan roti sampai menikmati itu lebih utuh, kokoh, dan berkesan. 
Karena epistemologi merupakan pendekatan yang berbasis proses, maka epistemologi melahirkan konsekuensi-konsekuensi logis, yaitu :
a. menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas untuk dinilai, mengajarkan agama lewat bahasa ilmu pengetahuan, dan tidak mengajarkan sisi tradisional saja, tetapi sisi rasional.
b. Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru dan murid. Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif, memberikan alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat pula mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan. Intinya, pendekatan epistemologi ini menuntut pada guru dan siswa untuk sama-sama aktif dalam proses belajar mengajar. 
c. Merubah paradigma idiologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada wahyu Allah SWT. Sebab, paradigma idiologis ini -karena otoritasnya-dapat mengikat kebebasan tradisi ilmiah, kreatif, terbuka, dan dinamis .
d. Konsekuensi yang lain adalah merubah pendekatan dari pendekatan teoritis atau konseptual pada pendekatan kontekstual atau aplikatif.

C. Pendidikan islam ditinjau dari Aksiologi
Dalam bidang aksiologi, masalah etika yang mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan, sangat prinsip dalam pendidikan Islam. Hal ini terjadi karena kebaikan budi pekerti manusia menjadi sasaran utama pendidikan Islam dan karenanya selalu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan pendidikan Islam. Nabi Muhammad sendiri diutus untuk misi utama memperbaiki dan menyempurnakan kemuliaan dan kebaikan akhlak umat manusia.
Disamping itu pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial, kultural dan keagamaan, tidak dapat lepas dari sistem nilai tersebut. Dalam masalah etika yang mempelajari tentang hakekat keindahan, juga menjadi sasaran pendidikan Islam, karena keindahan merupakan kebutuhan manusia dan melekat pada setiap ciptaan Allah. Tuhan sendiri Maha Indah dan menyukai keindahan.
Disamping itu pendidikan Islam sebagai fenomena kehidupan sosial, kulturan dan seni tidak dapat lepas dari sistem nilai keindahan tersebut. Dalam mendidik ada unsur seni, terlihat dalam pengungkapan bahasa, tutur kata dan prilaku yang baik dan indah.
Unsur seni mendidik ini dibangun atas asumsi bahwa dalam diri manusia ada aspek-aspek lahiriah, psikologis dan rohaniah. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia dalam fenomena pendidikan adalah paduan antara manusia sebagai fakta dan manusia sebagai nilai. Tiap manusia memiliki nilai tertentu sehingga situasi pendidikan memiliki bobot nilai individual, sosial dan bobot moral.
Itu sebabnya pendidikan dalam prakteknya adalah fakta empiris yang syarat nilai dan interaksi manusia dalam pendidikan tidak hanya timbal balik dalam arti komunikasi dua arah melainkan harus lebih tinggi mencapai tingkat manusiawi. Untuk mencapai tingkat manusiawi itulah pada intinya pendidikan bergerak menjadi agen pembebasan dari kebodohan untuk mewujutkan nilai peradaban manusiawi.
Intinya, dengan menggunakan pendekatan aksiologis, pendidikan islam di harapkan mampu memberikan nilai dalam kehidupan baik nilai moral ataupun nilai intelektual. Dengan begitu, para insane pendidikan islam akan mampu menjawab pertanyaan dasar dari aksiologi, yaitu “what for” untuk apa pendidikan islam dikembangkan dan harus memberikan nilai yang seperti apa pendidikan islam jika di aplikasikan dalam kehidupan ini.

A. Kesimpulan
a. Pendidikan di lihat dari sisi ontologi adalah hakikat keberadaan pendidikan yang harus di ungkap guna memperoleh pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang bertugas dalam desain pendidikan. Tanpa mengetahui hakikat dari pendidikan itu, maka tidak akan di peroleh pendidikan yang mampu menjawab segala tantangan kehidupan utamanya yang berkaitan dengan esensi keberadaan manusia.
b. Epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Sedangkan objek dari epistemologi adalah Segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Setelah itu tujuan dari epistemology adalah bukanlah hal utama menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. Dalam hal ini proses untuk memperoleh pengetahuan.
c. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahsas masalah-masalah etika yang mempelajari tentang kebaikan ditinjau dari kesusilaan, sangat prinsip dalam pendidikan Islam. Hal ini terjadi karena kebaikan budi pekerti manusia menjadi sasaran utama pendidikan Islam dan karenanya selalu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan pendidikan Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kattsoff, Louis O. 2006. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Tiara Wacana Yogya.
Zainuddin, M. 2006. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam. Jakarta: Lintas Pustaka.














[...]

Pendidikan dan Perkembangan Anak

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

 “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah ”. (GBHN Bab IV bagian pendidikan)

Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya adalah menganalisis secara konsepsional apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya itu. Konsepsi tradisional, seutuhnya (kebulatan) ialah kebulatan atau integritas antara aspek jasmaniah dan rohaniah; antara akal dan keterampilan. Atau lebih luas sedikit yakni konsepsi kebulatan (keseimbangan) antara tiga H: head (akal), heart (hati nurani) dan hand (keterampilan). Dari komponen itulah yang akan menentukan perkembangan anak dalam hidupnya.
Tentang perkembangan anak, para pakar berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa anak dalam perkembangannya itu dipengaruhi oleh factor dari dalam, yaitu factor yang telah di bawah sejak lahir (Schopen Houwer dan Jean Jaques Rousseau). Tetapi para pakar yang lain, mengatakan bahwa perekembangan itu dipengaruhi oleh factor luar (John Locke). Beliau mengatakan bahwa anak yang baru lahir bagaikan kertas putih yang kosong dan dikenal dengan tabularasa. Hal senada juga terungkap dalam hadits yang artinya “setiap manusia itu dilahirkan dengan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya majusi dan nasrani ”. 
Dari kedua pendapat itu, saya kira, sama-sama menentukan dalam perkembangan anak. Tetapi walaupun demikian masih kita temui banyak anak yang cenderung tumbuh dengan dominasi factor dalam saja atau sebaliknya. Hal itu terjadi karena proses pendidikannya kurang tepat. Sehingga ada ahli yang mengatakan “you can take boy out off the country, but you can’t take country out off the boy”. Artinya setiap manusia boleh keluar dari suatu daerah tetapi sikap kedaerahannya tidak bisa dikeluarkan dan dihilangkan dari diri mereka. Disitulah peran lingkungan dalam proses perkembangan orang (anak).  
Sebenarnya, anak ketika masih berada dalam kandungan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa masa prenatal ini tidak masuk pada jangkauan pendidikan, tetapi mengingat janin merupakan bakal yang kelak akan berkembang menjadi manusia, maka kita harus lebih baik dalam merawat janin tersebut sehingga ketika lahir, ia menjadi anak sehat, disinilah sebenarnya hubungan antara kesehatan anak dengan proses perkembangannya. Mengingat jangkauan pendidikan tidak menjangkau janin, maka pendidikan yang harus dikerahkan adalah pendidikan pada orang tuanya (ibu), karena fisik dan psikis ibulah yang dapat mempengaruhi janin tersebut. Sehingga bagi umat islam ketika hamil dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an. Sebenarnya janin, sudah dapat merasakan apa yang terjadi pada orang tuanya. 
Ketika seorang bayi lahir maka langsung dihadapkan dengan realita yang pada akhirnya realita itu akan mencetak karakter anak itu sendiri (character building). Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak. Disinilah pertama kali ia mengenal nilai dan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua, yang bersifat informal. Kehidupan keluarga sangat penting, sebab pengalaman masa kanak-kanak akan memberi warna pada perkembangan berikutnya. 
Banyak orang mengatakan kepada seorang anak “kamu mirip sekali dengan bapak atau ibunya.” Bahkan ada pribahasa ynag menerangkan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pribahasa ini mempunyai persepsi bahwa prilaku anak itu merupakan bawaan dari orang tuanya, tetapi selain sifat bawaan itu, anak juga akan memotret prilaku orang tuanya, dimana orang tuanya tidak menyadari kalau prilakunya direkam oleh anaknya. Disitulah peran orang tua untuk memberikan teladan yang baik.
Beranjak lebih dewasa, seorang anak akan berinteraksi dengan dunia yang lebih luas. Lingkungan yang lebih luas itulah, anak akan berhadapan denagn lingkungan yang berlainan dari sebelumnya dan akan menyerap apa yang telah terjadi pada lingkungan itu. Maka anak itu akan diwarisi sikap dan pola prilaku yang sesuai dengan lingkungannya itu. Walaupun tidak semua anak akan mengikuti keadaan lingkungannya secara keseluruhan. Salah contohnya adalah: anak desa pada akhirnya akan cenderung menajadi petani. Sedangkan orang kota karena lingkungannya terus menerus berkolaborasi dengan bermacam kegiatan, maka profesi anak kota bermacam-macam.
 Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Setelah anak mulai berkembang dengan sendirinya tanpa ada kontrol dan bimbingan yang lebih terarah pada kebaikan, mengingat pada keluarga dan masyarakat tidak ada kurikulum yang jelas, maka anak akan tumbuh dengan karakter yang tidak terarah pula dan masa depannya juga tidak terarah. Maka dari itu butuh pendidikan yang mempunyai kurikulum yang sistematis dan berorientasi pada masa depan anak.
 Anak yang sedang berkembang memerlukan bantuan dari manusia dewasa untuk memahami lingkungan sekitarnya dan menguasai keterampilan-keterampilan tertentu, agar menjadi manusia sebagai pribadi seutuhnya. Untuk membentuk anak sebagai pribadi yang utuh tidak cukup hanya dalam lingkungan keluarga dan sosialnya, tetapi tempat khusus yang mampu memberikan bantuan secara terarah, bertujuan, dan sistematis, berupa institusi pendidikan formal yang disebut ”sekolah”. Sekolah merupakan tempat belajar yang terencana dan terorganisasir, yang melibatkan kegiatan proses belajar mengajar dengan tujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak.
Fokus pendidikan di sekolah adalah membantu anak yang sedang berkembang dalam semua aspek. Dalam perspektif perkembangan masa hidup, Santrock (2004) mendefinisikan perkembangan sebagai pola gerakan kompleks atau perubahan yang dimulai dari pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia. Pola gerakan kompleks ini disebabkan oleh interaksi yang terus menerus dari proses biologis, kognitif dan sosioemosional.
Disinilah potensi anak akan ditumbuh kembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan.
Dengan adanya tuntutan untuk menjadikan perkembangan anak itu, lembaga pendidikan berkewajiban untuk selalu memberikan bimbingan yang mengarah pada prospek masa depan. Pendidik harus memiliki kapabilitas yang memadai untuk terus merespon dan mengarahkan perkembangan anak. Sehingga yang namanya manusia seutuhnya akan tercapai. Amien 


[...]

Motif bawah sadar

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

A. Pendahuluan
Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) adalah seorang psikiater Austria dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Dengan adanya teori alam bawah sadar ini, Freud telah merubah cara menyembuhkan pasiennya dari teknik hypnosis menjadi teknik asosiasi alam bebas dan analisis mimpi, yang dikembangkan dari pengetahuan tentang bawah sadar itu. Sebenarnya pemikiran Freud tentang alam bawah sadar ini merupakan teori yang banyak mengandung kontroversial dikalangan ahli psikologi. 
Kalangan behavioris, humanis dan eksistensialis Percaya bahwa: Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud . Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud. Sebagian psikolog masa kini mengartikan alam bawah sadar dengan apapun yang tidak perlu atau tidak ingin kita lihat. Bahkan ada teoritikus yang tidak menggunakan konsep alam bawah sadar ini sama sekali, seperti Brentano dan William James . Akan tetapi ada ahli psikologi yang memanfaatkan teorinya Freud ini yaitu Calr Jung.
Tetapi walaupun demikian, kalangan psikologi modern mulai menggunakan metode bawah sadar ini. Maka dari itu sebagai manusia yang ingin mengetahui tentang teori ini,penulis akan menguraikan tentang alam bawah sadar ini.
Topografi pemikiran ini digunakan untuk mencermati setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sigmund Freud menggunakan ketiga teori itu (kesadaran, prasadar dan ketidaksadaran) hanya sampai pada tahun 1920an dan kemudian pada tahun 1923 ia mengenalkan model lain dari pemikiran yaitu id, ego dan superego.  
B. Alam Bawah Sadar 
Alam bawah sadar adalah alam yang menyimpan berbagai dorongan terhadap sebagian besar prilaku seseorang yang tidak disadari oleh seseorang tersebut. Dengan adanya pengertian ini, kiranya kita bisa membayangkan alam itu berada. Sebenarnya teori tentang pikiran yang di ungkapkan oleh Freud tidak hanya alam bawah sadar saja tetapi masih ada yang di sebut dengan alam prasadar dan alam kesadaran. Sehingga dari ketiga itu dapat dianalogikan dengan ruangan yang gelap yang diberi lampu yang hanya bisa menyinari beberapa cm saja. Dari ruangan itu, kita dapati ada tempat yang terang, suram dan gelap. Dari analogi itu dapat disimpulkan bahwa tempat yang terang merupakan alam sadar, area yang suram merupakan alam prasadar dan yang gelap adalah alam bawah sadar.  
Ada juga yang menganalogikan ketiga pikiran itu dengan mesin search engine yang paling mutaakhir , yang memiliki sistem oprating sistem sendiri. pada mesin pencari itu kita hanya bisa mengakses data atau keyword yang kita cari, sisa data yang tidak terpancing keluar adalah terbentuk database yang luar biasa banyaknya. alam sadar adalah alam yang sedang kita gunakan keyword/kata kuncinya atau jika tampilan yang muncul ketika kita menggunakan sebuah mesin pencarian, sisanya tidak terlihat atau atau tidak terdekteksi lagi, jadi alam sadar adalah alam yang ada saat suatu waktu kita perlukan. Kemudian mengenai pengalaman yang terjadi masa lalu, Freud mengatakan bahwa sisa-sisa pengalaman masa lalu akan tetap ada di alam bawah sadar . Dengan demikian yang menjadi isi dari alam bawah sadar di antaranya adalah pengalaman masa lalu.
C. Kinerja Alam Bawah Sadar  
Dalam teori tentang alam sadar (conscious mind), Freud menjelaskan bahwa alam sadar adalah segala sesuatu yang disadari oleh manusia pada saat-saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi dan perasaan yang dimiliki manusia. Terkait dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan oleh Freud sebagai alam pra-sadar, yaitu segala sesuatu yang yang dengan mudah dipanggil ke alam sadar, seperti kenangan-kenangan yang walaupun tidak Anda ingat ketika Anda berfikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil lagi, atau seringkali disebut sebagai “kenangan yang sudah tersedia” (available memory). Tidak ada masalah dengan dua lapisan ini, namun Freud mengatakan bahwa keduanya adalah bagian terkecil dari pikiran .
Ilmu psikologi mengungkapkan, bahwa alam bawah sadar menguasai 97% perilaku kita, sedangkan sisanya dimiliki oleh alam sadar . Alam bawah sadar ini hampir semua mengendalikan prilaku manusia, bahkan ketika tidur alam ini tetap bekerja seperti bernafas,mengatur detak jantung dan denyut nadi manusia.
 Walaupun demikian banyak kalangan yang masih meragukan teori ini. Hal itu terjadi karena pikiran alam bawah sadar tidak dapat dibuktikan. Akan tetapi Freud telah mengatakan adanya ketidaksadaran itu hanya dapat dibuktikan secara tidak langsung . Semua motif bawah sadar tidak bisa dikontrol oleh kemauan kita, tetapi motif-motif itu, terkadang hanya ditarik ke alam kesadaran (jika bisa). Dan itu tidak terikat oleh hukum-hukum yang ada pada alam kesadaran seperti hukum logika dan geraknya dibatasi oleh waktu dan tempat . 
Motif ketidaksadaran sebenarnya sering naik ke alam sadar tetapi tidak dengan wujud aslinya. Mengingat antara alam tidak sadar, prasadar dan alam sadar banyak penjagaan. Sehingga motif itu merubah diri dalam bentuk lain sehingga bisa lolos dari penjagaan itu. Contoh, ketika ada seseorang benci kepada ibunya. Perasaan benci ini tidak disadari oleh orang tersebut, akan tetapi rasa itu tidak serta-merta bisa hinggap di alam sadar, sehingga untuk bisa naik ke alam sadar, harus melewati alam prasadar yang harus menyamar dengan bentuk lain seperti cemas. Dari prasadar merubah bentuk lagi dengan memunculkan prilaku seseorang mencintai ibunya dengan berlebih-lebihan (cinta mencolok). Itulah yang disebut penyamaran motif bawah sadar. 
Adapun motif-motif atau isi dari alam sadar adalah dorongan-dorongan, kenginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan . Motif pada kalanya muncul di alam sadar tetapi dalam perubahan bentuk dari asalnya, seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam konteks ketidaksadaran ini bukan berarti nonaktif atau tidur . Semua isi dari ketidak- sadaran itu berjuang untuk menjadi sadar walaupun hasilnya bukan wujud aslinya mengingat untuk menjadi alam sadar harus melewati benteng pertahanan yang ada di tingkat prasadar dan alam sadar.
D. Tejadinya Hambatan pada Alam Prasadar Sadar dan Alam Sadar
 Pada dasaarnya, semua motif ketidaksadaran itu harus cepat dipenuhi atau dipuaskan kengingannya. Karena semua alat pemenuh bersifat nikmat bagi alam bawah sadar. Sehingga jika tidak cepat-cepat dipenuhi maka pikiran bawah sadar akan meronta-ronta. Tetapi semua keinginan itu tidak bisa dipenuhi mengingat manusia selain sebagai makhluk individu juga social, sehingga harus memperhatikan realitas social untuk memenuhinya.
a. prinsip kenikamatan  
  kenikmatan ini mendorong seseorang untuk cepat mendapatkan pemuasan haqrapannya. Prinsip ini berada dibalik rangsangan alamiah (impuls alamiah) dan nafsu dasar. Motif ini berada di alam ketidak sadaran yang bersifat rangasangan, primitif dan tidak teratur. Menurut freud inilah pendorong seseorang sejak dilahirkan dan pada dasarnya menyangkut kepuasan nafsu seksual . Itulah salah satu motif yang harus segera dipenuhi.
b. prinsip realitas
  ketika seseorang mulai melebur dengan masyarakat, maka semua kebutuhan yang diharapkan oleh alam bawah sadar harus ditekan mengingat kehidupan bersosial harus menyamakan diri seseorang dengan lingkungannya. Sehingga apa-apa yang terdapat dalam pemuasan ketidaksadaran harus dirubah mengingat pemuas itu tidak sesuai dengan persepsi social. Karena itulah dorongan yang bertentang dengan prinsip kenikmatan harus berperan. Pada dorongan inilah tercakup pikiran sadar, logis dan mengharuskan penekanan pemuasan kenikmatan yang ada di bawah sadar dalam rangka hidup bersosial dan bergaul dengan orang lain. Seperti, motif seksual yang berada di alam ketidak sadaran yang dinyatakan oleh Freud sebagai kekuatan sebagian besar prilaku manusia harus ditekan atau di arahkan ke arah yang lebih aman atau bisa diterima secara social . Pengarahan itulah yang disebut pembentukan reaksi . 
Sebenarnya pengarahan-pengarahan itu terjadi karena adanya hambatan yang menghambat dari keinginan alam bawah sadar yang bersifat segara dan tidak mempedulikan lingkungan. Sehingga semua keinginan yang ada dalam bawah sadar yang terangkum pada peta pemikiran yang disebut id yang kemudian dikontrol oleh ego dan ego pun akan dikontrol superego yang bersifat baik (bermoral). 
2. Peta Pemikiran 
 Freud dalam bukunya yang berjudul The Ego and The Id , menggambarkan pemikiran yang terdiri dari campuran atau gabungan-gabungan dari kekuatan-kekuatan yang berasal dari alam sadar dan bawah sadar. Gambaran itu di bagi tiga yaitu id, ego dan superego dan dari ketiganya semua fungsi dan tujuan-tujuanya yang terdapat di alam sadar, prasadar dan bawah sadar dimasukkan
1. Id
  Id bahasa lainnya adalah Das Es atau it (benda ). Bagian ini merupakan bagian tertua dari kepribadian dan masih bersifat primitif yang beroprasi sejak bayi masih tidak berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan bawaan yang disebut insting-insting dalam psikoanalisis. Id dianggap oleh freud sebagai sumber dorongan yang paling utama dalam tubuh manusia sehingga disebut “binatan dalam manusia ”. Id beroperasi di alam ketidaksadaran yang tidak di atur oleh hukum logika, pertimbangan waktu dan tempat. Semua isi yang terdapat di id bersifat segera dalam memenuhinya. Karena tidak terikat oleh hokum-hukum itu, maka cara memenuhinya harus sesuai dengan keinginannya yang bersifat kenikmatan baginya, walaupun tidak sesuai dengan nilai-nilai social sehingga karena demikian maka di control oleh ego dan superego sehingga dengan kontrolan seperti itu manusia bisa di terima oleh lingkungan. 
  Untuk menghindari rasa sakit jika keinginannya tidak terpenuhi dan untuk mendapatkan kenikmatan maka id mempunyai dua macam cara untuk memenuhinya yaitu:
a. tindakan-tindakan refleks
tindakan ini bersifat otomatis dan bawaan. Ia biasanya segera mereduksikan tegangan dan manusia dilengkapi dengan refleks semacam itu untuk menghadapi bentuk-bentuk rangsangan yang relative sederhana . Seperti berkedip, bersin dan lain sebagainya.
b. proses primer
proses primer ini berusaha menghentikan tegangan-tegangan yang menimbulkan gerak refleks itu. Misalnya ketika seseorang merasa lapar maka ketika itu juga terbayang yang namanya makanan, sehingga orang tersebut menghayal. Akan tetapi proses primer ini tidak mampu mereduksi tegangan, karena tidak munkin orang bisa makan khayalan. Sehingga dengan adanya hal itu akan terbentuk proses sekunder yang berupaya untuk memenuhi keinginan id yang terdapat di ego.
Penggambaran tentang id ini bisa kita lihat pada bayi, pada waktu itu prilaku bayi merupakan bentuk lebih lanjut dari id yang seutuhnya dan tidak di haling-halangi oleh ego dan soperego. Ketika bayi merasa lapar perasaannya langsung di akumulasi menjadi tangisan dan mengisap-ngisap pada mulutnya meskipun tidak ada puting ibunya, atau bayi akan mengisap apa saja yang di sodorkan ke mulutnya seperti jari tangan orang lain atau kalau tidak ada ia mengisap jari tangannya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa prilaku yang hanya mengisap-ngisap jari itu tidak akan bisa merubah dan memenuhi keinginan id. 
Ciri-ciri dari prilaku id ini adalah tidak realistis, tidak logis dan secara serempak memiliki pikiran-pikiran yang bertentangan . Kemudian ciri yang lainnya yaitu sama dengan ketidak sadaran yaitu tidak memiliki moralitas karena ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk dan juga tidak teratur serta seluruh energinya hanya digunakan untuk satu tujuan yaitu mencari kenikmatan tanpa menghiraukan benar atau salah.
2. Ego
Ego dalam bahasa jermannya disebut dengan das ich yang berarti aku atau diri ini, berkembang dari id yang dikhususkan menangani persoalan realita, karena id tidak bias berhubungan dengan dunia kenyataan. Dalam artian, ego dalam memenuhi kebutuhan id, itu di sesuaikan dengan konsep realitas atau kenyataan. Ego tidak memiliki energi sendiri dalam beraktifitas tetapi energinya berasal dari id. 
Dengan adanya ego manusia bisa membedakan dirinya dan lingkungan sekitarnya . Ego tumbuh karena kebutuhan id harus disesuaikan dengan dunia kenyataan objektif. Contoh; orang yang lapar, seketika membanyangkan makanan (pemuas ala id). Karena khayalan tentang makanan tadi tetap tidak merubah tegangan yang di timbulkan oleh id, maka manusia harus mencari makanan untuk menhilangkan tegangan yang ditimbulkan oleh rasa lapar itu. Tetapi dalam memenuhi kepuasan id itu, ego harus mempertimbangkan kenginan superego yang bermoral itu. Ego beroperasi di tiga daerah yaitu daerah taksadar-prasadar-sadar.
Untuk memenuhi segala tuntutan id, maka ego menggunakan cara kerja sebagai berikut:
a. prinsip kenyataan
maksud dari prinsip ini adalah ego dalam melaksanakan tugasnya disesuaikan dengan konsep realita. Bukan khayalan. Prinsip ini bertujuan mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untu pemuasan kebutuhan .
b. proses sekunder
adalah berfikir realistic yang dipakai dalam ego memuaskan kebutuhan id. Ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana itu berhasil atau tidak . 
3. Superego
Superego merupakan kekuatan moral dari kepribadian. Sebagai kepribadian yang paling luhur, maka superego ini merupakan lawan dari ego dan id dalam cara memenuhkan kebutuhan. Sehingga cara kerjanya menggunakan prinsip idealistic. Superego berkembang dari ego dan tidak mempunyai energi sendiri dan bekerja di tiga daerah yaitu sadar, prasadar dan tidak sadar.
Superego tidak rasional dan menuntut kesempurnaan, ia menghukum dengan keras kesalahan ego, entah itu sudah ddikerjakan atau masih dalam pemikiran. Superego tidak hanya menunda pemuasan id tetapi sekaligus menghalanginya. 
Ada tiga fungsi yang dimiliki oleh superego yaitu:
a. mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan moralistic
b. merintangi rangasangan (impuls) id yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat.
c. Mengejar kesempurnaan diri.
Perbandingan dari ketiga kepribadian itu, sebagaimana di kutip dari buku psikologi kepribadian (alwisol: 2008) adalah sebagai berikut:

PERBANDINGAN TIGA SISTEM KEPRIBADIAN
ID EGO SUPEREGO
Original system, asal muasal dari system yang lain. Berisi insting dan penyedia energi psikis untuk dapat beroperasinya system yang lain. Hanya mengetahui dunia dalam; tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif. Berkembang dari id untuk menangani dunia eksternal. Memperoleh energi dari id. Memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun realitas objektif. Berkembang dari ego berperan sebagai tangan-tangan moral kepribadian. Merupakan wujud internalisasi nilai-nilai orang tua. Dikelompokkan menjadi dua: Conscience (menghukum tingkal laku yang salah), dan ego ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti id, superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif.  
Menikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan bekerja dalam bentuk prose primer. Tujuannya tunggal yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Mengikuti prinsip realita (reality principle) dan bekerja dalam bentuk proses sekunder. Tujuannya untuk membedakan antara fantasi dengan realitas sehingga dapat memuaskan organisme. Harus dapat menggabungkan (coordinate) kebutuhan id, superego dan dunia eksternal. Tujuan umumnya adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya (reproduksi) Mengikuti prinsip conscience dan ego ideal. Tujuannya membedakan antara benar dan salah dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral, dan memuaskan kebutuhan kesempurnaan.
Mencari kepuasan insting segera Menunda kepuasan insting sampai kepausan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan superego dan dunia luar. Menghambat kepuasan insting
Tidak rasional Rasional Tidak rasional
Beroperasi di daerah unconscious Beroperasi di daerah conscious, preconcious dan unconscious. Beroperasi di daerah conscious, preconcious dan unconscio


Daftar Pustaka
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. MalangUMM Press.
Berry, Ruth. 2001. Seri Siapa Dia? Freud. Jakarta: Erlangga.
Jung ,C. G. 2003. Memories Dreams Reflections. yogyakarta: jendela.
Semiun, Yustinus OFM. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
Shaleh ,Abdul Qodir (terjemah). 2000. Sejarah psikologi. Jogjakarta. prismasophie. 
Umam, Chairul dan Mila Afak. 2003. Surat-Surat Freud/Jung. Gresik: UMG Press
Ronny F. Ronodirdjo (http//admin.bawah-sadar.com)
www.wikipedia.com


[...]

Human Development

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

1. Sekilas Perkembangan Manusia
a. Perkemabangan manusia di pengaruhi oleh factor internal dan eksternal, internal berarti di pengaruhi oleh sifat bawaan dan eksternal adalah pengaruh lingkungan selalu memberikan kontibusi bagi kehidupan.
b. Teori perkembangan terbagi menjadi tiga isu; relativitas keturunan nilai penting ketirunan dan lingkungan, perkebangan bersifat aktif dan atau pasif serta keberadaan tahapan perkembangan.
c. Hal yang mengalami perkembangan pada manusia adalah fisik, kognitif dan psikososial. Yang ketiganya saling mempengaruhi.
2. Masa Awal 
a. Proses terjadinya kehamilan berawal dari pembuahan, persatuan ovum dan sperma sehingga menghasilakn formasi zigot bersel tunggal yang kemudian terjadi proses penggandaan dengan melakukan pemecahan sel.
b. Tahapan persalinan dimulai dari dilasi serviks, baru kemudian keluar bayinya, setelah itu plasenta dan tali pusarnya keluar dan yang terakhir kontraksi uterus dan atau pemulihan ibu.
c. Perkembangan kebahasaan anak sebelum bias berbahasa dapat berbentu tangisan, menoceh dan menirukan suara. Baru setelah 6 bulan anak mulai mempelajari dasar-dasar bahasa dan mulai menyadari keterkaitan bahasa dengan makna.  
3. Masa Kanak-Kanak Awal
a. Pertkembangan masa kanak-kanak awal berkembang dengan kehidupan pribadinya tetapi tidak menutup kemungkinan proses psikososialnya berkembang mengikuti perkembangannya. 
b. Anak pada masa ini, bertanggung jawab terhadap berbagai perubahan utamanya. Tetpai tidak bias membedakan diri yang sebenarnya dan diri yang ideal. 
4. Masa Kanak-Kanak Pertengahan.
a. Kesehatan anak masa ini lebih baik dibandingkan dengan seluruh tahapan kehidupan. Tetapi yang biasa terjadi gangguan saluran pernafsan sering terjadi. Makaanya sebagai orang tua harus memperhatikan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan pada pernafasan anaknya
b. Konsep diri menjadi lebih realistis dan semakin kompleks. Maka sebagai orang tua harus meningkatkan pengawasannya agar anak tidak berkembang dalam keadaan yang tidak dinginkan.
c. Egoisme yang terjadi pada masa kanak-kanak awal, kini mulai menghilang dan mulai berfikir menggunakan logika tetapi dari logika itu harus teraplikasi dengan kongkrit.
d. Peningkatan kebahasaan anak semakin meningkat yang memunkinkan anak bias mempelajari bahasa yang bukan dari bahasa ibunya.
5. Masa Remaja
a. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang yang ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan kognitif secara cepat.
b. Kematangan reproduktif terjadi dengan matang sehingga kalau tidak ada kesadaran yang tinggi akan brtindak sesuai dengan keinginan hawa nafsunya, onani dan masturbasi adalah jalan cepat untuk memuaskan keinginan nafsunya.
c. Perkembangan psikososial terjadi yang ditandai dengan pencarian identitasnya dan kecenderungan untuk bergaul dengan teman sebayanya meningkat, dikelompok itu anak akan dipengaruhi oleh teman sebayanya.  
6. Masa Dewasa Awal
a. Perkembangan fisik sampai pada puncaknya yang kemudian secara perlahan-lahan akan menurun tergantung pada pilihan gaya hidupnya yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan mentalnya.
b. Masa dewasa awal ini terjadi pencerahan dalam menentukan pilihannya. Anak mulai bisa menentukan pilihan hidupnya antara melanjutkan sekolah atau berkarier. Memperbanyak informasi adalah jalan utama dalam menentukan tugas selanjutnya.
c. Kebanyakan orang pada masa ini telah menikah dan sudah mempunyai anak, sehingga kepribadian dan arah hidupnya mulai jelas dan memiliki focus tertentu. 

7. Masa Dewasa Pertengahan
a. Kreatifitas orang menurun secara kuantitas tetapi secara kualitas meningkat, karena yang dicari adalah kesempurnaan bukan banyaknya produk yang dihasilkan.
b. Proses pemecahan masalah semakin meningkat karena di topang oleh tingkat kematangannya dalam bersosial dan taraf mentalnya mencapai puncak kematangan.
c. Mempunyai tanggung jawab yang ganda yaitu merawat anak-anaknya dan merawat orang tuanya yang sudah mulai lemah. Sehingga stress terkadang terjadi kalau tidak di tekan dengan berbagai pengetahuannya. Maka bersikaplah tenang dalam menjalani kehidupan masa itu.
8. Masa Dewasa Akhir
a. System dan organ tubuh terus berfungsi berubah secara bervariasi dan dapat menghasilkan penyakit yang pada akhirnya akan mempengaruhi gaya hidupnya
b. Masa yang besar kemunkinan untuk terus terjadi penuan yang pada akhirnya akan mengalami penuaan yang tidak sempurna, sehingga perlu mulai sejak dini mengamalkan pola hidup sehat.
c. Umumnya, kemampuan untuk melakukan aktivitas instrumental rutinitas sehari-hari menurun sejalan dengan usia, namun kemampuan untuk memecahkan masalah yang bersifat interpersonal dan emosional masih cukup baik.
9. Akhir Kehidupan
a. Setiap daerah yang berbeda secara kultur, dalam menghadapi kematian dan atau kehilangan sang bervariasi sesuai dengan kultur yang dibangun oleh setiap daerah. 
b. Sebelum meninggal, kemampuan kognitif dan fungsionalnya menurun dan terdapat reaksi yang bervariasi dalam mengahadapi ajal yaitu: menolak kematian, marah, bernegoasiasi, depresi dan atau menerima kematian yang akan menjemputnya itu. 
c. Kematian merupakan yang wajar dan harus terjadi bagi bagi makhluk hidup, maka tidak usah khawatir, dan mulai sekarang perbanyaklah bekal untuk itu.
[...]

Konseling Keluarga

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

A. Latar Belakang
Dalam mempelajari koseling keluarga tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana caranya memperoleh kehidupan yang penuh kasih sayang dan membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah. Sehingga orang melakukan pernikahan pun, tiada lain tujuannya adalah membuat ketentraman dan kenyamanan dalam hidup. Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah mengapa dalam pernikahan sering berakhir pada perceraian? Hal itu, terjadi karena ketidak cocokan si suami dengan istirinya, entah dari tujuannya, persepsinya tentang rumah tangganya atau yang lainnya. 
Perceraian yang hanya berakhir antara suami-istri, sebenarnya tidak terlalu kompleks permasalahannya. Yang paling rumit dari perceraian ketika meraka mempunyai anak. Karena yang harus di pertimbangkan adalah selain keadaan mereka masing-masing juga harus memikirkan tentang pengasuhan anak. Jika masalah pengasuhan tersebut berlarut-larut tidak terselesaikan maka psikologis seorang anak akan terganggu sehingga perkembangannya pun tidak akan normal.  
Selang beberapa waktu kemudian, sang ibu/ bapak membutuhkan pendamping lagi. Tak jarang dari mereka melakukan pernikahan lagi. Namun yang jadi masalah adalah terkadang pasangan (ibu/ bapak baru) tidak di sukai bahkan anak cenderung akan menolak kehadirannya. 
Adanya banyak persepsi tentang hal itu, yang diantaranya adalah karena anak-anak yang sudah berumur 4 tahun lebih sudah mengetahui aroma jalinan kasih dari asuhan bapak/ ibunya, sehingga sulit untuk mengalihkan perhantiannya pada orangtua tirinya. Seringkali pada anak yang beranjak remaja respons mereka terhadap perceraian sedikit berbeda dibandingkan dengan anak yang masih kecil. Biasanya mereka akan mengalami kecenderungan depresi, ketakutan, bertingkah membangkang terhadap lingkungan sekitar, merasa bersalah dan cenderung akan menyalahkan salah satu dari orangtua. Reaksi ini sangatlah wajar didapatkan. Sehingga ketika orangtuanya kawin lagi ia tidak mudah untuk menerima orang tua barunya (tiri). Sedangkan yang lainnya, adanya persepsi bahwa orang tua tiri kejam dan mempunyai cinta palsu. Banyak orang masih meng-iakan tentang kejahatan orangtua tiri, karena kebanyakan dari mereka hanya menggunakan topeng dalam bergaul dengan anak-anak tirinya. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa tidak semua yang namanya orang tua tiri itu kejam dan cinta palsu. 

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perceraian orangtua terhadap anak?
2. Bagaimana anak menghadapi orangtua baru (tiri)?
3. Bagaimana cara mengatasi anak yang lambat menerima orangtua baru

A. Pengaruh Perceraian Orangtua Terhadap Anak.
Merupakan sebuah keniscayaan bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya, membutuhkan tali kasih kasih dari orangtuanya. Merekalah yang harus bertanggung jawab dalam melindungi anak, baik perlindungan secara fisik ataupun secara psikis. Kalau kedua aspek itu diayomi dan rawat sebaik munkin, maka anak akan tumbuh pada kematangan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. 
  Keadaan seperti itu, tidak akan tercapai oleh kehidupan anak jika orangtuanya terlibat permasalahan internal. Misalnya terjadi perselisihan antara bapak dan ibunya. Tetapi, hal itu akan tercapai ketika orangtuanya, baik bapak ataupun ibunya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam membangun rumah tangganya. Sehingga jika tidak ada yang satunya tidak akan ada yang namanya kehidupan dalam rumah tangga. Dengan demikian terciptalah keluarga yang harmonis yang bisa mengantarkan pada kematangan perkembangan anak.
 Namun, yang sering muncul permasalahan adalah tak selamanya keseimbnagan dalam keluarga terjadi. Sering hanya gara-gara perkara kecil menjadi masalah besar yang tak jarang berakhir pada perceraian. Ketika terjadi perceraian itulah anak mulai kebingungan karena sering kebutuhan psikisnya tidak di penuhi. Kebingungan anak sering terletak pada kepemihakan anak. Anak harus memihak kepada siapa. Bapak atau ibu?
 Ketika anak mulai bisa mengindentifikasi dirinya dengan lingkungannya yakni ibu dan bapaknya. Pada waktu itulah anak mulai mengimitasi atau meniru tingkah laku orang yang disayangi. Jika itu sudah terbentuk, ketika anak harus pisah dengan orang yang disayangi, maka, akan berpengaruh terhadap psikologis anak. Namun besar-kecilnya akibat dari hal itu, tergantung pada hal-hal berikut:
a. sejauh mana keterikatan anak pada ibu/ bapaknya. Jika ia sudah terikat sungguhan maka, kepergian orang yang disayangi merupakan kejadian yang traumatis bagi anak.
b. Jenis kelamin, anak laki-laki misalnya akan mengidentifikasi tingkah laku ayahnya yang kemudian ia menirunya.
c. Waktu berpisah, anak yang masih di bawah umur 4 tahun masih sering tergantung pada ibunya dan masih belum bisa mengidentifikasi tingkah laku bapaknya. Jadi pada anak yang masih kecil kepergian bapak tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan anaknya.
d. Kekuatan pengasuh (bapak/ ibu) anak dalam menghadapi kejadian itu. Jika misalnya yang mengasuh adalah ibunya bisa mengatasi goncangan-goncangan yang terjadi dengan mudah, maka akibatnya bagi anak tidak begitu buruk . 
Sedangkan hal-hal yang mempengaruhi rasa aman dari anak ketika terjadi perceraian, sebagaimana yang dikutip dalam bukunya Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsah Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja adalah sebagai berikut:
a. kurangnya kasih sayang yang diterima oleh anak. Ketika terjadi perceraian, baik bapak mauapun ibu, sama mempunyai kebingungan dalam menentukan arah kehdupannya. Sehingga mereka mengurusinya masing-masing. Dampak dari itulah sering orang tua tidak lagi memberikan kasih sayangnya sperti semula pada anaknya.
b. Dominasi asuhan orang tua. Ketika orangtuanya cerai, mereka berlomba-lomba mempengaruhi anaknya, karena biasanya bapak atau ibunya tidak mau kehilangannya. Maka mereka mempengaruhinya dengan melebih-lebihkan gaya asuhannya. Pada waktu itulah, anak merasa tertekan dan bimbang.
c. Rumah tangga yang tidak stabil akibat perceraian akan mengakibatkan perasaan aman anak terganggu.
d. Ketika orang tua pisah, mereka terbebani pekerjaan double, sehingga sering dari mereka membuat aturan bagi anaknya yang cenderung terlalu keras. Sehingga anak tiak sebebas semula, disitulah keamanannya akan terganggu.
e. Terlalu memanjakannya. Sering dari orang tua yang baru saja melakukan cerai, mereka merasa bersalah pada anaknya sehingga sebagai tebusannya, mereka melakukan anaknya dengan berlebihan sehingga anak terbiasa dengan pola hidup manja. Inilah yang mengakibatkan sulitnya anak ketika dewasanya berperilaku mandiri.
B. Anak Tiri Menghadapi Orangtua Baru
Kembali pada paradigma berfikir, bahwasanya orang tua tiri itu kejam dan mempunyai rasa cinta palsu terhadap anak tirinya, walaupun tidak semua yang namanya orang tua tiri seperti itu. Namun, merejuk pada arah pemikiran itulah anak lebih cenderung menganggap bahwa orang tua tiri itu kejam, sehingga ia merasa kesulitan untuk menerima orang tua baru dalam hidupnya.
Perasaan anak tiri terhadap orang tua barunya tetap mencurigai kehadirannya, sekalipun mereka (orang tua tiri) bersikap lembut dihadapan anak. Pada waktu itu anak merasa tidak rela kalau kedudukan ibu/ bapaknya digantikan oleh orang lain. Ia lebih rela bila kedudukan ibu/ bapaknya itu tidak seorang pun yang menggantikannya .
Umumnya anak usia di bawah 2 tahun lebih mudah menerima kehadiran ibu/bapak baru, karena pola asuh dari ibu/bapak kandungnya belum begitu tertanam dalam dirinya. Penyesuaian akan lebih sulit dilakukan jika usia anak di atas 2 tahun, terlebih usia 4-5 tahun. Anak sudah mengenal pola asuh, gaya didik, nilai-nilai dan norma yang diterapkan orang tua sebelumnya. Ditambah lagi ada imeg bahwa orang tua tiri, terutama ibu tiri, itu galak, hingga anak pun merasa tak aman dan nyaman dengan kehadiran orang tua tiri. 
Terkadang ada orang tua tiri, ketika mereka sudah tidak sabar dalam menanti kesediaan anak tirinya untuk menerimanaya, mereka menggunakan kekuasaannya yang dalam kedudukannya lebih tinggi dari anaknya menggunakan aturan-aturan baru dalam rumah atangganya dengan dalih agar cepat mendapat ketenangan. Sehingga dengan adanya atiran-aturan itulah antara anak dan orang tua tirinya ada jurang pemisah yang sangat lebar. Dan kebanyakan anaklah yang sering tersisihkan dari pada orang tua tirinya.
Dengan deadaan seperti itu biasanya anak dapat kita lihat dari dua kemunkinan yaitu: Pertama, anak itu melwan dengan perlawanan anak yang membela ibu/ bapaknya yang lama dan kedua, menarik diri dari tali percintaan orang tuanya itu, yang seakan-akan berlindung pada bapak/ ibunya yang sebenarnya . Kedua keadaan itu dilakukan dalam angan-angannya mauapun dalam perbuatannya. Inilah gangguan yang dialami anak tiri yang tampak pada kualitas kerjanya ataupun di sekolahnya. 
C. Cara Mengatasi Anak Yang Lambat Menerima Orangtua Baru
Bentuk protes anak tiri ketika berkumpul dengan orang tua barunya sangat bermacam-macam sekali, sering ada yan ngompol lagi padahal sebelumnya ia sudah tidak terbiasa ngompol. Ada juga yang mogok makan dengan berbagai alasan dan sebagainya. Pada waktu itulah kondisi psikologis anak terganggu.
Kondisi psikologis ini tak hanya membuat anak sulit menerima kehadiran ayah/ibu barunya, tapi juga si orang tua baru sulit masuk dalam kehidupan si anak. Tugas orang tua barulah untuk melakukan pendekatan dengan si anak. Namun dalam bersikap, baik selagi melakukan pendekatan maupun setelah jadi ayah/ibu tiri, "hendaknya ayah atau ibu tirinya tak over acting ataupun dibuat-buat tapi tulus. Kalau tidak, kesannya jadi tak wajar dan anak pun takkan suka. Selain itu, ibu/bapak tiri pun harus memperhatikan sifat dan karakter anak, karena tiap anak berbeda. Lalu bagaimana seharunya sikap orang tua tiri dalam menghadapi anak tirinya yang belum bias menerimanya. Lakukan hal-hal berikut dengan penuh kesabaran.
c.1. Beri Penjelasan 
Jika ayah/ibunya dulu begitu memanjakan anak, maka begitu mendapatkan ibu/ayah tiri yang disiplin, akan terjadi benturan. Misal, dulu anak tak pernah tidur siang, tapi kini harus tidur siang. Perubahan ini membuatnya tak nyaman. Apalagi bila si orang tua tiri juga menerapkan sistem hukuman bila anak melanggar aturan. Dari sinilah anak lantas beranggapan bahwa orang tua tiri itu galak/jahat. 
Tentu saja, orang tua tiri tak salah bersikap tegas maupun menerapkan aturan-aturan baru yang berbeda. Yang penting, itu semua disampaikan kepada anak secara lembut dan disertai penjelasan yang dapat diterima si anak. Misal, "Kamu, kan, dari tadi sudah banyak main. Nah, sekarang giliran istirahat. Kalau kamu terus-menerus bermain, nanti kamu capek dan bisa sakit. Kalau sakit, kan, jadi enggak bisa main lagi. Yuk, Tante temani tidur siang sambil Tante bacakan buku cerita." 
Atau, anak menolak tidur siang lantaran ingin nonton film kesayangannya di TV. Sebaiknya orang tua tiri tak memaksa, melainkan bujuk ia dengan membuat sebuah komitmen bersama. "Misal, ia boleh menonton film tapi setelah itu harus tidur”. Dengan demikian, selain ia bisa tetap nonton, aturan yang kita buat pun terlaksana. Hingga, konflik antara anak dengan orang tua tiri bisa diminimalisir. 
Begitu pun bila orang tua tiri menolak suatu permintaan anak, harus disertai penjelasan yang bisa diterima pikiran anak. Dengan demikian, anak akan mengerti mengapa ia dilarang atau ditolak permintaannya, bukan lantaran orang tua tiri itu galak/jahat. 
c.2. Tak Usah Marah 
Tak jarang, anak akan membanding-bandingkan orang tua tiri dengan orang tua kandungnya. Meski kesal, tak perlu marah. Jelaskan saja bahwa tiap orang berbeda, termasuk dirinya juga tak sama dengan teman-teman sebayanya. Kemudian, bila memang ada hal-hal baik dari orang tua si anak, tak ada salahnya orang tua tiri mencontoh dan menerapkannya pada anak. Intinya, orang tua tiri harus bersikap terbuka untuk memberikan yang terbaik bagi anak.
kalau anak tetap keras dan sulit menerima kehadiran orang tua tiri, tak usah "panas". Lebih baik, cari penyebabnya mengapa si kecil tetap menolak. Caranya, lakukan observasi dan cari informasi pada pasangan tentang hal-hal yang disukai dan tak disukai anak, serta apa yang harus dilakukan agar si anak tetap tak merasa kehilangan momen indah bersama orang tuanya dulu. Mungkin anak menginginkan ayah atau ibu tirinya seperti orang tuanya dulu. 
c.3. Perlakukan Sama 
Satu hal diingatkan Romi, jangan sekali-sekali orang tua tiri meminta anak memanggil dirinya dengan sebutan Mama/Papa atau Ayah/Bunda. Biarkan anak yang menentukan, apakah sudah layak panggilan tersebut diberikan pada orang tua tirinya. Selain itu, untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang anak, jangan pernah membanjirinya dengan hadiah. Kasih sayang anak tak dapat dibeli, melainkan harus timbul dengan sendirinya. Lebih baik lihat apa yang dibutuhkan anak, semisal kebutuhan kasih sayang, dibelai, atau berteman. Nah, dari situlah orang tua tiri masuk.
Bila orang tua tiri juga membawa anak, tentu si anak tiri bukan hanya harus beradaptasi dengan orang tua barunya tapi juga saudara barunya. Ini jelas tak mudah buat anak. Hingga, orang tua baru harus memperhitungkan betul segala sikap dan tingkah lakunya terhadap kedua anak ini. Jangan sampai orang tua tiri lebih mementingkan anak kandungnya. Semua anak harus mendapatkan perlakuan yang sama. 
Memang, sangat manusiawi jika orang secara naluriah terbawa untuk lebih memperhatikan anak kandungnya. Untuk itu, diperlukan komitmen yang kuat sejak awal oleh suami-istri baru yang masing-masing punya anak ini bahwa masing-masing harus memperlakukan sama kepada semua anak. Jadi, harus ada kesepakatan dan tak boleh dilanggar.
  c.4. Berkomunikasi yang Baik
Antara ibu/ bapak tiri dan anak tiri harus ada komunikasi yang baik. Tanpa komunikasi yang baik, hubungan tidak akan terjadi, sehingga tidak adanya pendekatan dan penerimaan dari anak tiri tersebut. Komunikasi bias dilakukan dengan dua macam yaitu, komunikasi verbal dan nonverbal . Komunikasi verbalAdalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau lisan. 
Sedangkan komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal adalah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Ibu tiri harus bisa berkomunikasi dengan anak tirinya dengan cara verbal dan non verbal. Berlaku sopan, menghargai anak tiri, menyayangi seperti anak kandung sendiri dan tidak pilih kasih atau berlaku adil terhadap anak-anaknya yang lain. Tidak seperti ibu tiri yang ada di film-film, tetapi benar-benar mengasihi anak tiri sama terhadap ayah anak tersebut, tidak berpura-pura mengasihi anak tiri hanya di depan ayah anak tersebut. Sehingga anak tiri dapat menerima ibu tiri mereka sebagai ibu kandung mereka.

A. Kesimpulan
1. besar-kecilnya akibat dari hal itu, tergantung pada hal-hal berikut:
 a. sejauh mana keterikatan anak pada ibu/ bapaknya. Jika ia sudah terikat sungguhan maka, kepergian orang yang disayangi merupakan kejadian yang traumatis bagi anak.
 b. Jenis kelamin, anak laki-laki misalnya akan mengidentifikasi tingkah laku ayahnya yang kemudian ia menirunya.
2. Pertama, anak itu melwan dengan perlawanan anak yang membela ibu/ bapaknya yang lama dan kedua, menarik diri dari tali percintaan orang tuanya itu, yang seakan-akan berlindung pada bapak/ ibunya yang sebenarnya
3. cara menghadapi anak tiri yang belum bias menerima orang tua tirinya, sebagai orang tua harus bersikap sebagai berikut:
a. berkomunikasih yang baik dengan anak tirinya
b. berilah penjelasan sebaik dan selembut munkin terkait kehadirannya.
c. jika anak tirinya sulit diatur, jangan mudah marah
d. jika orang tua tiri juga membanwa anak, perlakukan secara wajar dan sama antara anak asli dan anak tirinya.

Daftar Pustaka
Gunarsa, Singgih D. dan Yulia Singgih D. Gunarsah. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Sujanto, Agus DKK. 1993. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Dagun, Save M. 1989. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/11/05
[...]

Kecerdasan Manusia

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

A. Pendahuluan
Semua orang menginginkan anak-anaknya bisa memiliki kecerdasan yang maksimal guna menjawab tantangan global yang semakin menuntut kita untuk terus melakukan proses perubahan menuju yang lebih baik. Hanya orang yang tidak mempunyai kometmen yang tinggi untuk bisa bersaing di masa depannya sehingga melalaikan dirinya dan anak-anaknya dengan tidak memberikan arahan pada yang lebih baik.
Guna menjawab tantangan zaman, banyak hal yang harus di lakukan sejak dini, diantaranya adalah belajar. Tanpa belajar kita tidak munkin mengetahui hal-hal yang baru, tanpa belajar pula manusia akan tereliminasi dalam kontes kehidupan ini. Lalu, bagaimana kita bisa belajar dengan baik? Atau kita sebagai calon guru. Bagaimana kita bisa merangsang anak didik kita agar bisa menikmati yang namanya belajar? Sebagai calon guru yang professional harus bisa mengantarkan anak didik kita ke pintu gerbang kesuksesan. 
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membuat diri ini lebih baik. Dalam belajar kita di pengaruhi dua factor besar yaitu eksternal yang meliputi lingkungan, fasilitas belajar dan lain-lain. Dan factor internal yang meliputi motivasi, keinginan, kecerdasan (IQ, EQ dan SQ), perasaan (emosi), kehendak (konasi) dan pengenalan (kognisi). 
Untuk membuat suasana belajar yang nyaman dari siswa kita harus mengetahui seberapa besarkah kecerdasan mereka dalam menagkap pengajaran dari gurunya. Hanya dengan begitu, kita bisa memberikan pelajaran sesuai dengan kapasitasnya, karena kalau tidak, otak mereka akan terbuang begitu saja karena memaksakan dirinya untuk paham pada materi yang tidak sesuai dengan kapsitasnya.
Sebagai calon guru yang baik, kita harus bisa mengetahui kecenderungan dalam belajar anak didik kita sehingga dalam menyampaikan materi kita bisa di respon dengan baik oleh mereka. Kita bukanlah seperti guru pada waktu dulu yang memaksakan kehendanya, tapi kita hanya berfungsi sebagai fasilitator dengan memberikan stimulus pada peserta didik.
Dalam makalah ini akan dibahas factor internal yang mempengaruhi proses belajar siswa pada umumnya.  
B. Pengertian Kognisi, Emosi dan Konasi
1. Kognisi
 Kognisi adalah pengamatan; pemikiran; pencapaian pengetahuan tentang sesuatu . Dan atau kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu .
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku atau tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka.
Adapun gejala pengenalan (kognisi) secara umum dapat di bagi dua yaitu: melalui indera dan melalui akal. Dari kedua pengenalan itu pada akhirnya akan saling menentukan bagi kapasitas kognisi (intelegensi). 
  a. Melalui Indera
1.1. Melalui Indera di Luar
pengenalan melalui indera merupakan pengenalan terhadap sesuatu dengan melalui indera yang kita miliki. Hal ini meliputi:
a. Penginderaan
Adalah penyaksian indera kita atas rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur atau tidak jelas) . Dalam hal ini segala sesuatu yang di indera oleh kita masih berupa satu kesatuan yang belum jelas yakni kita masih belum mengetahui secara pasti wujud yang kita indera. Seperti ketika melihat kapal di tengah laut jauh, maka kita akan mempersepsikan kapal itu dengan benda yang bulat. Hal itu terjadi karena kita hanya mengindera. Dan pada waktu pengamatan inilah, jiwa kita sedang pasif.
b. Pengamatan
Adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang . Dalam pengamatan, pada akhirnya kita bisa memisahkan bagian-bagian dari benda yang kita amati. Misalnya, ketika melihat mobil yang masih jauh, kita tidak bisa memastikan warna, mereknya dan lain sebagainya. Tetapi dengan terus melakukan penginderaan (pengamatan), ketika mobil itu mulai mendekat maka kita dapat menyimpulkan warnanya apa, mereknya apa, jenis mobilnya apa dan lain sebagainya. Dengan demikian penginderaan sering disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan-rangsangan yang menarik kita . 
c. Sinestasi 
adalah keadaan seseorang yang menyadari suatu kesan tidak melalui indera semestinya. Misalnya, ada orang bisa melihat warna putih walaupun orang itu tidak melihat warna putih yang sesungguhnya tetapi dengan mendengar suara khas baginya misalnya suara kucing dan lain sebagainya.  
1.2. Melalui Indera Pusat
a. Tanggapan
Ialah gambaran tentang sesuatu yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan atau setelah kita berfantasi . Tanggapan berada di bawah sadar atau alam prasadar kita, itu bisa bisa kita sadari setelah hinggap diruang sadar kita. Pada waktu itulah tanggapan disebut dengan tanggapan yang tersembunyi.  
b. Ingatan
Adalah merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Kita semua tahu bahwa semua yang kita lihat secara langsung di simpan di alam bawah sadar kita, dan tidak menutup kemunkinan hal itu akan bisa naik ke alam sadar jika jiwa kita kreatif dalam mengolah informasi yang kita tangkap. 
c. Fantasi  
fantasi atau khayalan adalah kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki. Namun ada juga yang mengatakan bahwa tanggapan bru itu merupakan penggabungan dari kesan-kesan yang tersimpan dalam bawah sadar. Jadi menurut kelompok ini tidak ada tanggapan baru melainkan pembaharuan tanggapan dari tanggapan yang lama.
b. Melalui Akal dan pikiran
Berfikir adalah mengadakan hubungan arti antara bagian-bagian pengetahuan kita. Adapun macam-macam berfikir adalah: untuk membentuk pengertian, pendapat dan kesimpulan
a. Pengertian
Pengertian adalah jumlah cirri-ciri yang khas dari sekumpulan objek-objek yang sejenis. Dengan artian hakikat dan jenisnya tidak kabur dengan benda yang lain. Ada banyak macam pengertian diantaranya: pengertian pengalaman, ilmiah dan kepercayaan.
b. Pendapat
Adalah hasil perbuatan akal untuk meletakkan hubungan arti antara dua buah pengetian atau lebih . Adapun macam-macam pendapat adalah: pendapat positif, negative dan modalitet (kebarangkalian).
c. Keputusan
Ialah hasil perbuatan akal untuk mengambil pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Adapun macam-macam keputusan atau kesimpulan itu adalah: keputusan induktif, deduktif dan analogis.


2. Emosi
 Emosi adalah perasaan; kemapuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan darai luar . Atau emosi adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan subjektif . Emosi tidak sama dengan dorongan atau keinginan, atau kehendak. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab-akibat antara emosi dengan hal tersebut. adapun unsur-unsur emosi adalah:
a. bersifat subjektif daripada gejala mengenal.
b. bersangkut paut dengan gejala mengenal.
c. perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang.
 Emosi lebih erat hubungannya dengan pribadi, dalam artian kita mempunyai subjektifitas dalam menanggapi sesuatu. Emosi tidak bisa disamakan dengan gejala mengenal, mengamati dan lain sebagainya karena mengandung subjektifitas itu. Misalanya, ada dua orang yang menanggapi suatu objek yang sama dengan perasaan yang berbeda. Yang satu menanggapi dengan penuh kekaguman dan yang satunya menanggapi dengan kejengkelan terhadap objek itu. Itulah yang yang disebut subjektifitas dalam emosi ini.
 Gejala perasaan atau emosi dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu: keadaan jasmani, pembawaan dan pengalaman yang pernah di alami. Hal itu karena perasaan berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Hubungan perasaan dengan jasmani begitu terikat bahkan gejala perasaan tidak dapat berdiri sendri melainkan bersangkut-paut dengan gejala perasaan yang yang lain. Contoh, penceramah sering melambaikan tangannya kesana-kemari. Gerakan tangan itu tiada lain hanya untuk memperjelas apa yang dikatakannya .
 Reaksi emosional adalah gejala jiwa yang kompleks yang mempunyai bentuk dan variasi yang bermacam-macam. Seperti, terkejut, sedih, gembira, takut, gelisah, khawatir, marah, heran dan lain sebagainya. 
   
3. konasi
 Adalah bagian dari kehidupan mental yang banyak hubungannya dengan usaha, termasuk didalamnya keinginan atau kemauan . Dan atau tenaga-tenaga yang menjelma di dalam kelakuan atau perbuatan manusia. Bahkan konasi ini sering disebut dengan hasrat. Adapun cirri-ciri hasrat seperti yang di terangkan dalam buku pengantar pdikologi yang di tulis oleh Abu Ahmadi dan Umar adalah sebagai berikut:
a. hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan manusia
b. hasrat berhungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif. 
c. Tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi).
d. Diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
  4. hubungan antara kognisi, emosi dan kehendak.
 Seperti yang telah dijelaskan di atas, antara kognisi-emosi-konasi tidak dapat dipisahkan, hal terjadi karena semua gejala gejiwaan merupakan satu kesatuan. Pengenalan tanpa didasari pada perasaan dan kehendak tidak membekas pada jiwa yang pada akhirnya pengenalan itu tidak akan membuahkan pengertian yang lebih dalam tentang objek yang di indera itu.  
C. Pengertian IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah).
a. kecerdasan intektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler , inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet , ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi . Merupakan kecerdasar yang berpangkal pada perasaan.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi . Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik . 
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani
c. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. 
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
D. Hubungan IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Apabila kita beorientasi pada “tauhid”, maka hasilnya adalah EQ, IQ, dan SQ yang terintegrasi. Pada saat masalah datang maka radar hati bereaksi menangkap signal. Karena berorientasi pada materialisme, maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap: marah, sedih, kesal dan takut. Dengan demikian emosi yang yang terkendali merupakan bisikan hati yang bersifat mulya yang berhubungan dengan kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan intelektual semuanya dikendalikan oleh emosi sedamngkan emosi dapat dikendalikan dengan tauhid yang di wakili oleh yang namanya kecerdasan spiritual.

E. Daftar Pustaka
Mujib, Abdul. 2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindu Persada.
Agustin, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Jakarta: arga. 
Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al-Barry. 1994. kamus ilmiah popular. Surabaya: arkola.
Ahmadi, Abu dan Umar. 1992. Pengantar Psikologi. Surabaya: Bina Ilmu Offset.
www.wikipedia.com
www.grensmeeg.blogspot.com




















[...]

Psikologi Remaja

Posted by Counseling Students Association 0 komentar

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan individu berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik, pada masa remaja pula mulai pembentukan hormon-hormon seksual sudah mulai terbentuk sehingga perilaku atau tingkah lakunya banyak dipengaruhi oleh hormin tersebut.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Bimbingan orang tua terhadap anak pada usia remaja sangatlah dibutuhkan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Agar orang tua dapat memberikan bimbingan kepada putra-putrinya hendaknya mengetahui perkembangan fisik remaja.
Sehubungan tingkat perkembangan fisik remaja, kita juga perlu mengetahui batasan usia pada remaja. Entah batasan awal masuk pada masa remaja atau akhir masa remaja. Karena dengan mengetahui batsan usia itu, maka sebelumnya kita bisa mempersiapkan hal-hal yang perlu diantsipasi pada masa itu, sehingga sebagai orang tua, atau calon orang tua tidak kelabakan membimbing putra-putrinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan “Perkembangan Fisik Remaja” dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa defenisi remaja ?
2. Umur berapa bisa dikatakan remaja?
2. Bagaimana ciri-ciri dan perkembangan remaja ? 
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja ? 

A. Definisi Remaja
Dalam berbagai buku psikologi terdapat perbedaan pendapat tentang remaja namun pada intinya mempunyai pengertian yang hampir sama. Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan masa anak dengan dewasa, ada yang menggunakan istilah puberty (inggris) puberteit (Belanda), pubertasi (latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian atau keperempuanan. Ada pula yang menyebutkan istilah adulescento (latin) yaitu masa muda. Istilah pubercense yang berasal dari kata pubis yang dimaksud dengan pubishair atau mulai tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan.
Istilah yang dipakai di Indonesia para ahli psikologi juga bermacam-macam pendapat tentang definisi remaja. Disini dapat diajukan batasan remana adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Menurut Sarlito, tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat dan tingkatan sosial ekonomi, maupun pendidikan. Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia dapat digunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah.
Erickson menyebut masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (pembauran, penangguhan, penutupan dan pencapaian identitas)
B. Batasan usia remaja
Batasan usia remaja adalah antara 11 – 24 tahun tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (criteria fisik)
2. Usia 11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlakukan sebagai anak-anak. (kriteria sosial ).
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda – tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif maupun moral.
4. Batas usia 24 merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka kriteria sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi)
5. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang kriteria sudah menikah diusia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.
Batasan usia diatas adalah sebagian pendapat dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi, pendapat lain tentang batasan usia remaja dikemukakan oleh Hurlock (1964) bahwa batasan usia remaja itu antara 13 sampai 21 tahun, yang terbagi menjadi dua yaitu ; remaja awal usia 13 – 17 tahun, dan remaja akhir usia 17 – 21 tahun. 

C. Ciri-Ciri Masa Remaja
Dengan berkurangnya perubahan fisik kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja pada umunya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Mereka juga terdorong untuk menggunakan kekuatan yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan untuk mengatasi kecanggungan yang timbul kemudian.
Karena kekuatan mengikuti pertumbuhan otot, anak laki-laki pada umumnya menunjukkan kekuatan yang terbesar pada usia 14 tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan kemajuan pada usia ini dan kemudian ditinggalkan karena perubahan minat lebih dari pada kurangnya kemampuan.
Sebelum menguraikan ciri-ciri secara fisik, makalah ini akan memaparkan hal-hal penting pada masa dewasa yang di ungkapkan oleh Hurlock sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti bukan perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :
1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :
a. Tinggi Badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b. Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidak seimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk pendek. 
c. Organ Seks
Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
d. Ciri–ciri Seks Sekunder
Ciri–ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri-ciri seks sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.
Sedangkan ciri-ciri yang terdapat dalam http://urehtm.blogspot.com adalah sebagai berikut:
1. Remaja Cowok :
a. Tumbuh rambut dibagian tertentu (ketiak, kumis, dan di alat kelamin)
b. Tumbuh Jakun
c. Suara akan terdengar lebih membesar
d. Badan lebih terlihat berotot
e. Pernah Mimpi Basah
2. Remaja Cewek
a. Tumbuh rambut dibagian tertentu
b. Pingul terlihat melebar
c. Payudara tambah membesar
d. Telah mengalami Haid yang pertama

2. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah :
1. Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.

C. Kondisi–Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Remaja
Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.
Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang.
Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
2. Pengaruh Gizi
Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.
Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
3. Gangguan Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis Kelamin
Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki .
5. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
6. Kesehatan
Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat disbanding yang sering sakit.
 
KESIMPULAN

• Remana adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
• Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik remaja tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh, melainkan juga meliputi perubahan ciri-ciri yang terdapat pada kelamin utama dan kedua. Baik laki-laki maupun perempuan perubahan fisik mengikuti urutan-urutan tertentu.
• Kondisi yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah ; pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan fisik remaja.



















DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2006. Psykologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya 
Monks F.J, A.M.P.Knors, Siti Rahayu Haditono. 2004. Psykologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajahmada University Pers.
Sobur, Alex. 2003. Psykologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sunarto, Ny. Hartono Agung.1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 1996. Psykologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syarifuddin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung: UPI Pers.
http://urehtm.blogspot.com/2008/09/ciri-ciri-seorang-remaja.html
http://ayurai.wordpress.com/2009/04/12/ciri-ciri-masa-remaja/
http://dunia.web.id/forum/ciri-ciri-remaja-t-276.html






















[...]

Motivasi Berprestasi

Posted by Counseling Students Association Rabu, 12 Mei 2010 0 komentar

Masa depan merupakan masa kemungkinan, munkin sukses dan munkin juga gagal. Hal itu terjadi karena masa depan merupakan masa yang yang pasti kita akan lewati namun masih belum sampai, ibarat orang melakukan perjalanan menuju suatu tempat, yang ditempat itu sangat rawan sekali sedangkan jalannya licin dan penuh dengan duri. Bagi kita yang mempunyai keinginan untuk selamat mencapai tempat itu, tentunya kita akan membawa tongkat dan peralatan lainnya agar bisa melewati semua rintangan dan tantangan. Kalau orang itu mempunyai bekal yang cukup untuk melewatinya maka ia akan bisa melewati jalan itu dengan menikmati kelicinan yang mengiringinya. Ia akan merasa puas karena bisa lewat sambil menikmati sajian duri dan Lumpur yang tidak bisa mempengaruhi perjalanan kita. Pada waktu itulah puncak hidup kesuksesan akan terasa. Akan tetapi jika kita yang akan melewati jalan licin itu, tidak mempunyai bekal sama sekali, maka ketika sampai, rasa penyesalan akan datang, karena tidak bisa melewati dan tidak bisa melawan kelicinannya. Bahkan kita akan jatuh dan harus bermandikan Lumpur di sekujur tubuh. Sekarang tergantung pada kita sendiri, jika menginginkannya cerah dan penuh dengan kebahagian maka sebagai actor utama yang akan memerankan di pemintasan itu, mulai saat ini harus berkemas dan mencari bekal. 
Kita harus ingat bahwa setiap diri kita pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan. Mustahil manusia tidak mempunyai kelemahan, setiap diri hanya akan mampu menguasai satu atau beberapa bidang saja, tidak munkin kita mampu di segala bidang. Mulai sekarang kita harus mempunyai focus dalam hidup, karena dengan hal itu, akan memberikan standarisasi dalam mencari bekal. 
Kita perlu mengagumi seseorang sebagai rujukan dalam merajut masa depan yang gemilang, akan tetapi kita tidak boleh melihat seseorang dari sisi keunggulannya saja, karena jika itu kita lakukan, maka kita akan berfikir bahwa kita tidak akan pernah mampu menyamainya, yang pada akhirnya akan mematahkan semangat dalam hidup. Kelemahan seseorang yang kita kagumi akan memberikan semangat sehingga kita akan menyadari bahwa setiap insan pasti punya kelemahan. Akhirnya kita akan terbiasa pada ucapan "itu aja punya kelemahan, apalagi saya". Biografi orang sukses perlu kita kaji,karena kita akan mengetahui perjalannya menuju kesuksesan. Dengan sering membaca biografi seseorang, kita akan menemui berbagai cara untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Kesuksesan tidak bisa di sulap dengan bimsalabim, akan tetapi harus dengan proses yang cukup melelahkan.
Kita tidak boleh mender karena latar belakang yang kita miliki, entah karena ekonomi yang tidak memadai atau apalah yang melatar belakangi. Banyak orang yang sukses berasal dari keluarga miskin. Pernah saya temui seorang kepala MAN, semenjak beliau masih menempuh pendidikan, beliau menjadi kuli sawah untuk membiayai sekolahnya. Harta kekayaan tidak begitu mempengaruhi kesuksesan seseorang, akan tetapi yang paling menentukan adalah diri kita sendiri yaitu kemauan. Jika kemauan itu telah tertanam dalam hati, maka pasti keinginan untuk mencapai apa yang kita harapkan akan hadir dalam kita. Bahkan banyak anak orang kaya yang gagal. Mereka kebanyakan menganggap bahwa kekayaan orang tuanya akan mencukupi hidupnya, mereka sudah menganggap sukses walaupun nebeng sama orang tuanya. Bagi anda yang mempunyai orang tua yang kaya, jangan anggap itu sebuah kesuksesan anda, karena masa depan kita bukan masa depan orang tua, tidak munkin kita hidup terus-menerus dengan mereka. 
Ternyata, kesuksesan tidak bisa diukur dengan uang, banyak orang yang mempunyai kekayaan melimpah tidak bisa menikmati kehidupannya. Salah satu contoh, koruptor, secara material mereka mempunyai banyak uang tetapi mereka tidak dicatat sebagai orang sukses. Koruptor yang notabene kaya, mereka adalah orang yang gagal tetapi banyak uangnya.
Definisi sukses sama sekali tidak ada kaitannya dengan uang. Menurut Dewi Aisyah, sukses adalah memanfaatkan dan mengaktulisasikan potensi yang di berikan oleh tuhan kepada kita untuk memberi manfaat bagi kelanjutan dan peningkatan kualitas hidup. Dari definisi itu, yang perlu kita tekankan adalah pemanfaatan potensi dan peningkatan kualitas hidup. Sesuai dengan hadis yang artinya "jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka orang itu termasuk orang yang beruntung. Jika hari ini sama dengan hari kemarin maka orang itu termasuk orang yang merugi dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang celaka". Dari hadis itu, sangat jelas bahwa kehidupan kita harus ada peningkatan kualitas dari hari ke hari. 
Untuk menggapai kesuksesan itu, ada beberapa hal yang harus kita benahi mulai diri kita sampai kepada sarana untuk mencapai tujuan. Pertanyaan yang sangat mendasar sekali adalah menanyakan tentang diri kita sendiri, menanyakan keunggulan kita dan menyusun rencana untuk masa depan.
A. Berfikir Positif
sering kita alami, ketika ingin melakukan sesuatu atau ketika kita mengikuti lomba, mempunyai perasaan negatif, deg-degan, sehingga sering kita tidak konsentrasi. Untuk menghilangkan itu, kita harus merubah perasaan itu menjadi perasaan positif. Samuel mulia mengatakan, kalau bisa menciptakian negative dan deg-degan, mengapa saya tidak memilih menciptakan hal yang positif? Seharusnya saya bisa karena yang menjalani saya juga, orang yang sama, dengan otak yang sama. (kompas, 11 januari 2009). Perasaan negative ada karena kita menciptakan sendiri. Mulai saat ini perasaan itu kita rubah menjadi positif. 
B. Pengenalan Diri
mempertanyakan diri sendiri sangat di perlukan untuk membangun optimisme diri. Who I am, merupakan pertanyaan mendasar yang tujuannya agar kita menyadari siapa kita sebenarnya. Where I come from, dengan menyakan ini pada diri, kita akan menyadari dari mana kita yang sebenarnya. Kalaupun kita harus berasal dari keluarga yang tergolongon pendidikan dan ekonominya lemah, karena kita sudah mempunyai keyakinan bahwa setiap insan pasti di lahirkan dengan potensinya, hal itu tidak akan berpengaruh negative bagi kita, bahkan bagi yang punya optimisme yang tinggi, itu akan di jadikan motivator dalam hidup. 
C. Membuat Titik Fokus
Setiap kita pasti mempunyai keinginan untuk memboyong semua yang kita harapkan. Tapi ingat, semua manusia tidak akan mampu di segala bidang. Dari itu kita perlu membuat titik focus dari semua apa yang kita harapkan. Focus dalam hidup itu merupakan ukuran ketika kita bertindak, tanpa fokus dalam kehidupan laksana kapas yang di terbangkan oleh angin, terombang-ambing kesana-kemari. Ada satu cerita yang patut kita teladani nilainya, yaitu, suatu hari mahaguru mengundang dua pemanah untuk di jadikan pengawal tetapnya, yang tentunya dengan ujian memanah burung yang sedang terbang. Mahaguru bilang kepada Pemanah I, "panah burung yang terbang itu, kira-kira kamu akan memanah bagian apanya?" Pemanah I menjawab "yang penting saya akan memanah dan burung itu harus mati". Setelah Pemanah I melepaskan busurnya ternyata tidak mengenai burung itu. Kemudian Mahaguru memanggil pemanah II dan menayakan hal yang sama, Pemanah II menjawab dengan tegas "saya akan memanah di bagian kepalanya". Setelah busur dilepas, ternyata pas mengenai di bagian kepalanya. Hikmah yang harus kita ambil dari cerita itu adalah bahwa punya focus dalam diri di masa depan memicu kita pada kesuksesan. Menurut Al-Rise focus sangat penting dalam hidup karena focus kekuatan laser bias mengalahkan sinar matahari menembus baja.

Good Luck

[...]