Kecerdasan Manusia

Posted by Counseling Students Association Minggu, 22 Agustus 2010 0 komentar

A. Pendahuluan
Semua orang menginginkan anak-anaknya bisa memiliki kecerdasan yang maksimal guna menjawab tantangan global yang semakin menuntut kita untuk terus melakukan proses perubahan menuju yang lebih baik. Hanya orang yang tidak mempunyai kometmen yang tinggi untuk bisa bersaing di masa depannya sehingga melalaikan dirinya dan anak-anaknya dengan tidak memberikan arahan pada yang lebih baik.
Guna menjawab tantangan zaman, banyak hal yang harus di lakukan sejak dini, diantaranya adalah belajar. Tanpa belajar kita tidak munkin mengetahui hal-hal yang baru, tanpa belajar pula manusia akan tereliminasi dalam kontes kehidupan ini. Lalu, bagaimana kita bisa belajar dengan baik? Atau kita sebagai calon guru. Bagaimana kita bisa merangsang anak didik kita agar bisa menikmati yang namanya belajar? Sebagai calon guru yang professional harus bisa mengantarkan anak didik kita ke pintu gerbang kesuksesan. 
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membuat diri ini lebih baik. Dalam belajar kita di pengaruhi dua factor besar yaitu eksternal yang meliputi lingkungan, fasilitas belajar dan lain-lain. Dan factor internal yang meliputi motivasi, keinginan, kecerdasan (IQ, EQ dan SQ), perasaan (emosi), kehendak (konasi) dan pengenalan (kognisi). 
Untuk membuat suasana belajar yang nyaman dari siswa kita harus mengetahui seberapa besarkah kecerdasan mereka dalam menagkap pengajaran dari gurunya. Hanya dengan begitu, kita bisa memberikan pelajaran sesuai dengan kapasitasnya, karena kalau tidak, otak mereka akan terbuang begitu saja karena memaksakan dirinya untuk paham pada materi yang tidak sesuai dengan kapsitasnya.
Sebagai calon guru yang baik, kita harus bisa mengetahui kecenderungan dalam belajar anak didik kita sehingga dalam menyampaikan materi kita bisa di respon dengan baik oleh mereka. Kita bukanlah seperti guru pada waktu dulu yang memaksakan kehendanya, tapi kita hanya berfungsi sebagai fasilitator dengan memberikan stimulus pada peserta didik.
Dalam makalah ini akan dibahas factor internal yang mempengaruhi proses belajar siswa pada umumnya.  
B. Pengertian Kognisi, Emosi dan Konasi
1. Kognisi
 Kognisi adalah pengamatan; pemikiran; pencapaian pengetahuan tentang sesuatu . Dan atau kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu .
Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku atau tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka.
Adapun gejala pengenalan (kognisi) secara umum dapat di bagi dua yaitu: melalui indera dan melalui akal. Dari kedua pengenalan itu pada akhirnya akan saling menentukan bagi kapasitas kognisi (intelegensi). 
  a. Melalui Indera
1.1. Melalui Indera di Luar
pengenalan melalui indera merupakan pengenalan terhadap sesuatu dengan melalui indera yang kita miliki. Hal ini meliputi:
a. Penginderaan
Adalah penyaksian indera kita atas rangsang yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur atau tidak jelas) . Dalam hal ini segala sesuatu yang di indera oleh kita masih berupa satu kesatuan yang belum jelas yakni kita masih belum mengetahui secara pasti wujud yang kita indera. Seperti ketika melihat kapal di tengah laut jauh, maka kita akan mempersepsikan kapal itu dengan benda yang bulat. Hal itu terjadi karena kita hanya mengindera. Dan pada waktu pengamatan inilah, jiwa kita sedang pasif.
b. Pengamatan
Adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang . Dalam pengamatan, pada akhirnya kita bisa memisahkan bagian-bagian dari benda yang kita amati. Misalnya, ketika melihat mobil yang masih jauh, kita tidak bisa memastikan warna, mereknya dan lain sebagainya. Tetapi dengan terus melakukan penginderaan (pengamatan), ketika mobil itu mulai mendekat maka kita dapat menyimpulkan warnanya apa, mereknya apa, jenis mobilnya apa dan lain sebagainya. Dengan demikian penginderaan sering disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan-rangsangan yang menarik kita . 
c. Sinestasi 
adalah keadaan seseorang yang menyadari suatu kesan tidak melalui indera semestinya. Misalnya, ada orang bisa melihat warna putih walaupun orang itu tidak melihat warna putih yang sesungguhnya tetapi dengan mendengar suara khas baginya misalnya suara kucing dan lain sebagainya.  
1.2. Melalui Indera Pusat
a. Tanggapan
Ialah gambaran tentang sesuatu yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan atau setelah kita berfantasi . Tanggapan berada di bawah sadar atau alam prasadar kita, itu bisa bisa kita sadari setelah hinggap diruang sadar kita. Pada waktu itulah tanggapan disebut dengan tanggapan yang tersembunyi.  
b. Ingatan
Adalah merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Kita semua tahu bahwa semua yang kita lihat secara langsung di simpan di alam bawah sadar kita, dan tidak menutup kemunkinan hal itu akan bisa naik ke alam sadar jika jiwa kita kreatif dalam mengolah informasi yang kita tangkap. 
c. Fantasi  
fantasi atau khayalan adalah kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki. Namun ada juga yang mengatakan bahwa tanggapan bru itu merupakan penggabungan dari kesan-kesan yang tersimpan dalam bawah sadar. Jadi menurut kelompok ini tidak ada tanggapan baru melainkan pembaharuan tanggapan dari tanggapan yang lama.
b. Melalui Akal dan pikiran
Berfikir adalah mengadakan hubungan arti antara bagian-bagian pengetahuan kita. Adapun macam-macam berfikir adalah: untuk membentuk pengertian, pendapat dan kesimpulan
a. Pengertian
Pengertian adalah jumlah cirri-ciri yang khas dari sekumpulan objek-objek yang sejenis. Dengan artian hakikat dan jenisnya tidak kabur dengan benda yang lain. Ada banyak macam pengertian diantaranya: pengertian pengalaman, ilmiah dan kepercayaan.
b. Pendapat
Adalah hasil perbuatan akal untuk meletakkan hubungan arti antara dua buah pengetian atau lebih . Adapun macam-macam pendapat adalah: pendapat positif, negative dan modalitet (kebarangkalian).
c. Keputusan
Ialah hasil perbuatan akal untuk mengambil pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Adapun macam-macam keputusan atau kesimpulan itu adalah: keputusan induktif, deduktif dan analogis.


2. Emosi
 Emosi adalah perasaan; kemapuan jiwa untuk merasakan gejala sesuatu yang disebabkan oleh rangsangan darai luar . Atau emosi adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan subjektif . Emosi tidak sama dengan dorongan atau keinginan, atau kehendak. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab-akibat antara emosi dengan hal tersebut. adapun unsur-unsur emosi adalah:
a. bersifat subjektif daripada gejala mengenal.
b. bersangkut paut dengan gejala mengenal.
c. perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang.
 Emosi lebih erat hubungannya dengan pribadi, dalam artian kita mempunyai subjektifitas dalam menanggapi sesuatu. Emosi tidak bisa disamakan dengan gejala mengenal, mengamati dan lain sebagainya karena mengandung subjektifitas itu. Misalanya, ada dua orang yang menanggapi suatu objek yang sama dengan perasaan yang berbeda. Yang satu menanggapi dengan penuh kekaguman dan yang satunya menanggapi dengan kejengkelan terhadap objek itu. Itulah yang yang disebut subjektifitas dalam emosi ini.
 Gejala perasaan atau emosi dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu: keadaan jasmani, pembawaan dan pengalaman yang pernah di alami. Hal itu karena perasaan berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Hubungan perasaan dengan jasmani begitu terikat bahkan gejala perasaan tidak dapat berdiri sendri melainkan bersangkut-paut dengan gejala perasaan yang yang lain. Contoh, penceramah sering melambaikan tangannya kesana-kemari. Gerakan tangan itu tiada lain hanya untuk memperjelas apa yang dikatakannya .
 Reaksi emosional adalah gejala jiwa yang kompleks yang mempunyai bentuk dan variasi yang bermacam-macam. Seperti, terkejut, sedih, gembira, takut, gelisah, khawatir, marah, heran dan lain sebagainya. 
   
3. konasi
 Adalah bagian dari kehidupan mental yang banyak hubungannya dengan usaha, termasuk didalamnya keinginan atau kemauan . Dan atau tenaga-tenaga yang menjelma di dalam kelakuan atau perbuatan manusia. Bahkan konasi ini sering disebut dengan hasrat. Adapun cirri-ciri hasrat seperti yang di terangkan dalam buku pengantar pdikologi yang di tulis oleh Abu Ahmadi dan Umar adalah sebagai berikut:
a. hasrat merupakan motor penggerak perbuatan dan kelakuan manusia
b. hasrat berhungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif. 
c. Tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi).
d. Diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
  4. hubungan antara kognisi, emosi dan kehendak.
 Seperti yang telah dijelaskan di atas, antara kognisi-emosi-konasi tidak dapat dipisahkan, hal terjadi karena semua gejala gejiwaan merupakan satu kesatuan. Pengenalan tanpa didasari pada perasaan dan kehendak tidak membekas pada jiwa yang pada akhirnya pengenalan itu tidak akan membuahkan pengertian yang lebih dalam tentang objek yang di indera itu.  
C. Pengertian IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah).
a. kecerdasan intektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler , inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet , ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi . Merupakan kecerdasar yang berpangkal pada perasaan.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi . Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik . 
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani
c. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. 
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
D. Hubungan IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat satu dengan yang lain. Apabila kita beorientasi pada “tauhid”, maka hasilnya adalah EQ, IQ, dan SQ yang terintegrasi. Pada saat masalah datang maka radar hati bereaksi menangkap signal. Karena berorientasi pada materialisme, maka emosi yang dihasilkan adalah emosi yang tidak terkendali, sehingga menghasilkan sikap-sikap: marah, sedih, kesal dan takut. Dengan demikian emosi yang yang terkendali merupakan bisikan hati yang bersifat mulya yang berhubungan dengan kecerdasan yang lainnya. Kecerdasan intelektual semuanya dikendalikan oleh emosi sedamngkan emosi dapat dikendalikan dengan tauhid yang di wakili oleh yang namanya kecerdasan spiritual.

E. Daftar Pustaka
Mujib, Abdul. 2007. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindu Persada.
Agustin, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Jakarta: arga. 
Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al-Barry. 1994. kamus ilmiah popular. Surabaya: arkola.
Ahmadi, Abu dan Umar. 1992. Pengantar Psikologi. Surabaya: Bina Ilmu Offset.
www.wikipedia.com
www.grensmeeg.blogspot.com




















0 Responses so far.

Posting Komentar